Monday, 5 October 2015

Cuci Organ Intim Kewanitaan Dengan Odol ?

Para pekerja s*ks komersial (PSK) kurang peduli dengan kesehatan tubuhnya. Padahal mereka tahu bahwa kesehatan adalah modal utama dalam bekerja.

Pekerja s*ks itu paling susah kalau sakit atau hamil. Dalam keadaan seperli itu mereka tidak bisa bekerja, menurut pengakuan salah seorang PSK daerah batam.

Sejak awal terjun di dunia prostitusi dia hanya mengikuti kebiasaan yang berlaku di antara para pekerja s*ks. Penyakit kelamin seperti sipilis dianggap sebagai hal biasa. Sewaktu di batam ia rutin mengunjungi seorang bidan disuntik.

Tapi dia tidak tahu apakah injeksi itu digunakan untuk mencegah penyakit menular atau untuk mencegah kehamilan. Lantas ia mengambil kesimpulan bahwa suntik itu untuk mencegah kehamilan karena ia belum pernah hamil selama menjalankan profesinya sebagai pekerja s*ks.

Memaksa pelanggan menggunakan k*ndom juga bukan hal gampang. Banyak pelanggan lokal yang menolak memakainya. Hanya pria asing yang sudah punya kesadaran tinggi yang mau memanfaatkan k*ndom setiap kali berhubungan intim dengannya.

Baru belakangan ia akrab dengan sebuah yayasan yang rajin memberikan bimbingan soal kesehatan reproduksi kaum perempuan. Dengan orang-orang dari yayasan ini ia belajar banyak soal kesehatan organ intimnya. Kini setiap dua kali sebulan darahnya diperiksa. Tapi ia sendiri, tidak tahu pasti apakah itu untuk mendeteksi ada tidaknya virus HIV/AIDS di tubuhnya. Petugas pemeriksaan itu tak pernah menjelaskan hasilnya kepadanya. Dan ia pun tak pernah bertanya.

Menurut salah seorang petugas kesehatan dari yayasan HT, ia menemukan PSK tersebut pertama kali lima tahun yang lalu.

Saat itu dia dalam keadaan mabuk ekstasi dan badannya kurus. Dua tahun kemudian dia lepas dari ekstasi, tapi ia pindah mengkonsumsi shabu-shabu. Karena bubuk kristal putih itu mahal dan sempat membuatnya terkapar di rumah sakit, mulailah ia berusaha meninggalkannya. Sekarang, ia sudah lebih gemuk karena mulai lepas dari pengaruh narkotika.

Petugas juga menyatakan prihatin atas minimnya kepedulian pekerja s*ks tentang kesehatan organ reproduksi “para pekerja s*ks sudah punya pola pikir yang susah diubah”.Ini karena sejak pertama terjun di dunia pelac*ran mereka sudah diberi pengertian yang salah oleh mucikarinya.

“Bagi mereka minum antibiotik tetrasiklin saja sudah cukup untuk melindungi mereka dari penyakit menular s*ksual,” tutur peugas. Mereka tidak tahu kalau tubuh mereka bisa resisten (kebal) terhadap antibiotik bila diminum terus-menerus.

Selain tetrasiklin mereka juga cuma membersihkan v*gina dengan mengoleskan pasta gigi ke dalam organ intim, berat memang tugas para petugas dan kawan-kawan dalam mendampingi para pekerja s*ks untuk peduli pada kesehatannya.

Maraknya alat pencuci v*gina yang dijual bebas di pasaran mendorong wanita melakukan douching tak sebagaimana mestinya. Misalkan karena mereka berpendapat bahwa mereka akan merasakan segar setelah atau sebelum melakukan hubungan s*ks atau sehabis mens.

Menurut dr. Dwi Murtiastutik Spkk, melakukan douching secara salah Justru merugikan wanita sendiri. “Douching atau cuci v*gina harus dilakukan sesuai kebutuhan. Jika terlalu sering melakukan justru membuat v*gina kehilangan kelembabannya yang alami,” tuturnya di sela waktu kerjanya di klinik kulit & kelamin RSUD Dr. Soetomo.

Mereka juga berpendapat bahwa douching merupakan sarana kontrasepsi. Padahal hal tersebut nyata-nyata salah karena sperma akan langsung mencari indung telur dengan kecepatan yang fantastis setelah 15 detik pria berej*kulasi.

Selain itu douching juga bisa memperkuat bakteri pembawa penyakit sampai ke rahim dan menyebabkan infeksi yang serius.

Akhirnya, jika benar-benar terkena infeksi, douching bisa menyembunyikan gejala-gejalanya sehingga penderitanya menunda perawatan dalam waktu yang lama. Jadi, sebaiknya pencucian v*gina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan secara rutin kecuali bila ada indikasi infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia.

0 comments:

Post a Comment