Diantara kebiasaan paling berbahaya yang masih saja ada di tengah-tengah masyarakat adalah kebiasaan merobek selaput dara dengan jari. Perbuatan ini sangat menyiksa sekali, kasar, dan menyakiti istri. Kadang bisa mengakibatkan pendarahan serius pada istri, sehingga harus segera dilakukan operasi untuk menghentikannya. Perbuatan ini juga dapat menyebabkan gangguan psikis pada pengantin wanita yang tidak akan pernah hilang dan bayangannya hingga waktu yang panjang.
Sebaiknya tinggalkanlah kebiasaan buruk ini. Berikanlah kebebasan bagi kedua pasangan (suami istri) untuk merobek selaput dara dengan hubungan s*ksual yang normal dan tanpa tergesa-tergesa.
Kesulitan yang dihadapi sebagian suami-istri dalam proses merobek selaput dara, bisa jadi disebabkan karena tidak mengerti sistem organ reproduksi perempuan, posisi kemaluan wanita, dan posisi selaput dara. Atau bisa jadi disebabkan karena ketegangan yang menyertai aktivitas, ditambah lagi mitos-mitos yang berkembang dan tersebar seputar malam pertama, yang menanamkan rasa takut dan cemas pada mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.
Urgensi bercumbu rayu dan bermesraan sebelum melakukan hubungan s*ksual , Ibnu al-Qayyim berkata, “Di antara yang mesti dilakukan sebelum bersenggama adalah mencumbu, mencium, dan mengulum lidahnya, di mana Rasulullah mencumbui dan mencium istrinya.
Abu Dawud meriwayatkan dalam Sunannya, bahwa beliau mencium dan mengulum lidah Aisyah. Dan disebutkan dari Jabir bin Abdillah ia bertutur,
“Rasulullah melarang melakukan hubungan seksual sebelum melakukan cumbu rayu’.”
Sebagaimana yang telah kami sebutkan, bercumbu ria, mencium, saling canda, dan menyentuh daerah-daerah sensitif tubuh istri (petting) dapat merangsang sebagian kelenjar di kemaluan wanita, lalu mengeluarkan cairan-cairan yang bekerja memudahkan aktivitas pen*trasi.
Bermesra-mesraan dan cumbu ria s*ksual lebih penting daripada hubungan s*ksual itu sendiri. Hubungan s*ksual mesti didahului oleh persiapan-persiapan psikis dan emosional. Sentuhan emosional dan sentuhan s*ksual tidak terbentuk secara spontan, tapi berjalan periodik hingga berakhir dengan hubungan s*ksual dan tercapainya org*sme pada pihak laki-laki dan pihak perempuan.
Melakukan persiapan sebelum melakukan hubungan s*ksual sangat penting dan sangat mendesak, dan tidak ada bentuk larangan syar’i apa pun yang mengharamkannya. Bahkan sebaliknya, agama telah menganjurkan dan memotivasi untuk melakukannya sebagai langkah awal untuk memenuhi fitrah manusia yang bertujuan menghasilkan serta memperbanyak keturunan.
Laki-laki pada umumnya, dialah pemeran utama dalam tahap persiapan ini, dan umumnya dialah yang harus memulai, kemudian disambut oleh peran wanita, yaitu peran bergabung, pasrah, dan memberi motivasi. Tidak samar bagi kita akan urgensi peran yang dimainkan istri dalam aktivitas s*ksual, serta arti penting reaksi dan umpan balik yang dilakukannya bersama suaminya. Camkan arahan yang diberikan Rasulullah kepada Jabir ,
“Kenapa bukan gadis yang kamu nikahi, sehingga kamu dapat mencumbunya dan dia pun dapat mencumbuimu?”
Arahan beliau, “sehingga kamu dapat mencumbuinya dan dia pun dapat mencumbuimu”, maksudnya saling tukar perasaan dan motivasi dan masing-masing pihak kepada yang lain.
Walaupun aktivitas s*ksual merupakan latihan emosional yang tidak mungkin untuk dikiasifikasikan hanya menjadi beberapa tahapan saja, namun untuk memudahkan pemahaman, kita bisa mengklasifikasikannya ke dalam tiga tahapan :
Sebaiknya tinggalkanlah kebiasaan buruk ini. Berikanlah kebebasan bagi kedua pasangan (suami istri) untuk merobek selaput dara dengan hubungan s*ksual yang normal dan tanpa tergesa-tergesa.
Kesulitan yang dihadapi sebagian suami-istri dalam proses merobek selaput dara, bisa jadi disebabkan karena tidak mengerti sistem organ reproduksi perempuan, posisi kemaluan wanita, dan posisi selaput dara. Atau bisa jadi disebabkan karena ketegangan yang menyertai aktivitas, ditambah lagi mitos-mitos yang berkembang dan tersebar seputar malam pertama, yang menanamkan rasa takut dan cemas pada mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.
Urgensi bercumbu rayu dan bermesraan sebelum melakukan hubungan s*ksual , Ibnu al-Qayyim berkata, “Di antara yang mesti dilakukan sebelum bersenggama adalah mencumbu, mencium, dan mengulum lidahnya, di mana Rasulullah mencumbui dan mencium istrinya.
Abu Dawud meriwayatkan dalam Sunannya, bahwa beliau mencium dan mengulum lidah Aisyah. Dan disebutkan dari Jabir bin Abdillah ia bertutur,
“Rasulullah melarang melakukan hubungan seksual sebelum melakukan cumbu rayu’.”
Sebagaimana yang telah kami sebutkan, bercumbu ria, mencium, saling canda, dan menyentuh daerah-daerah sensitif tubuh istri (petting) dapat merangsang sebagian kelenjar di kemaluan wanita, lalu mengeluarkan cairan-cairan yang bekerja memudahkan aktivitas pen*trasi.
Bermesra-mesraan dan cumbu ria s*ksual lebih penting daripada hubungan s*ksual itu sendiri. Hubungan s*ksual mesti didahului oleh persiapan-persiapan psikis dan emosional. Sentuhan emosional dan sentuhan s*ksual tidak terbentuk secara spontan, tapi berjalan periodik hingga berakhir dengan hubungan s*ksual dan tercapainya org*sme pada pihak laki-laki dan pihak perempuan.
Melakukan persiapan sebelum melakukan hubungan s*ksual sangat penting dan sangat mendesak, dan tidak ada bentuk larangan syar’i apa pun yang mengharamkannya. Bahkan sebaliknya, agama telah menganjurkan dan memotivasi untuk melakukannya sebagai langkah awal untuk memenuhi fitrah manusia yang bertujuan menghasilkan serta memperbanyak keturunan.
Laki-laki pada umumnya, dialah pemeran utama dalam tahap persiapan ini, dan umumnya dialah yang harus memulai, kemudian disambut oleh peran wanita, yaitu peran bergabung, pasrah, dan memberi motivasi. Tidak samar bagi kita akan urgensi peran yang dimainkan istri dalam aktivitas s*ksual, serta arti penting reaksi dan umpan balik yang dilakukannya bersama suaminya. Camkan arahan yang diberikan Rasulullah kepada Jabir ,
“Kenapa bukan gadis yang kamu nikahi, sehingga kamu dapat mencumbunya dan dia pun dapat mencumbuimu?”
Arahan beliau, “sehingga kamu dapat mencumbuinya dan dia pun dapat mencumbuimu”, maksudnya saling tukar perasaan dan motivasi dan masing-masing pihak kepada yang lain.
Walaupun aktivitas s*ksual merupakan latihan emosional yang tidak mungkin untuk dikiasifikasikan hanya menjadi beberapa tahapan saja, namun untuk memudahkan pemahaman, kita bisa mengklasifikasikannya ke dalam tiga tahapan :
- Tahapan pertama: cumbu rayu pembuka.
- Tahapan kedua: hubungan s*ksual nyata (memasukkan p*nis ke dalam liang kemaluan wanita)
- Tahapan ketiga: cumbu rayu penutup.
Kiasifikasi ini bertujuan untuk mendekatkan dan memudahkan pemahaman. Selamanya, ketidaktahuan adalah sumber kesalahan. Banyak orang (para suami) tidak mengerti bahwa wanita butuh persiapan dan sikap mesra sebelum ia menyerahkan diri kepada suaminya dengan penuh suka-cita. Tapi butuh kepada sikap cinta dan lembut dan pihak suami, dan juga butuh persiapan fisik lewat cumbu rayu yang merangsang. Laki-laki yang betul-betul mencintai istrinya merasa perlu melakukan cumbu rayu ini. Bahkan, cumbu rayu ini merupakan yang paling mengasyikkan dalam aktivitas s*ksual bagi perempuan. Suami yang meremehkan cumbu-rayu ini lantaran ketidak tahuannya atau lantaran sikap egoisnya, atau lantaran sikap malunya yang berlebih-lebihan, menjadikan istrinya tidak menyerahkan diri secara utuh kepadanya, bahkan aktivitas seksual berubah lebih mirip kepada pemerkosaan!!
Harus dipahami oleh suami, bahwa tubuh perempuan lebih respon dan lebih cepat terangsang terhadap sentuhan dan tekanan dan dirinya. Persiapan melakukan hubungan s*ksual difokuskan pada mencumbui tempat-tempat yang penuh dengan syaraf sentuhan pada tubuh istri, yaitu tempat-tempat dan organ-organ yang banyak dialiri oleh syaraf sentuhan, Seperti hidung, mulut, punggung, kemudian organ genital.
Tampak sekali adanya hubungan antara syaraf-syaraf yang mengangkut rangsangan s*ksual pada organ genital dan syar af-syaraf yang mengaliri daerah mulut, lidah, hidung, dan gigi. Oleh karena itu ciuman sudah dikenal sejak tempo dulu sebagai media persiapan hubungan suami-istri.
Ciuman ada dua macam :
Harus dipahami oleh suami, bahwa tubuh perempuan lebih respon dan lebih cepat terangsang terhadap sentuhan dan tekanan dan dirinya. Persiapan melakukan hubungan s*ksual difokuskan pada mencumbui tempat-tempat yang penuh dengan syaraf sentuhan pada tubuh istri, yaitu tempat-tempat dan organ-organ yang banyak dialiri oleh syaraf sentuhan, Seperti hidung, mulut, punggung, kemudian organ genital.
Tampak sekali adanya hubungan antara syaraf-syaraf yang mengangkut rangsangan s*ksual pada organ genital dan syar af-syaraf yang mengaliri daerah mulut, lidah, hidung, dan gigi. Oleh karena itu ciuman sudah dikenal sejak tempo dulu sebagai media persiapan hubungan suami-istri.
Ciuman ada dua macam :
a. Dangkal (surface). Yaitu sentuhan cepat pada dua bibir.
b. Dalam atau soul kiss atau french kiss. Mencakup tempelan kuat antara bibir, lidah, mulut, dan gigi, dan dikenal dengan ciuman s*ksual.
Ciuman adalah kebutuhan primer yang mesti ada dalam setiap hubungan suami-istri. Kehidupan suami-istri semestinya tidak boleh hampa dan sentuhan-sentuhan emosional, dan ciuman termasuk mukadimah paling penting dalam hubungan suam-istri. Bukan rahasia lagi, bahwa pelarian banyak istri dan hubungan suami-istri disebabkan kekakuan dan kehampaan dalam hubungan suami-istri dan ciuman, sehingga kehamilan dan melahirkan merupakan kejadian langka yang terjadi pada mereka dalam rentan waktu yang panjang.
Setelah itu giliran telinga, di mana telinga sangat sensitif terhadap bisikan-bisikan, ciuman, dan mulut, karena kulitnya sangat sensitif terhadap sentuhan. Kemudian lutut dan pundak, keduanya termasuk tempat yang penuh dengan syaraf-syaraf perangsang. Selanjutnya payudara, bagian bawah punggung (bokong). Paha juga termasuk tempat-tempat yang penuh dengan syaraf-syaraf perangsang.
0 comments:
Post a Comment