Selaput yang sebenarnya sederhana ini menjadi masalah besar dan ditakuti setiap kalangan; baik pengantin laki, pengantin wanita, bapak, dan ibu, terlebih pada malam pertama. Ditambah lagi persepsi salah yang berkembang di tengah-tengah masyarakat berkenaan dengan selaput dara dan dugaan para remaja putri bahwa jika selaput dara tebal, proses merobeknya mirip melubangi benda, sebagaimana pemahaman ini banyak dijumpai di tengah-tengah masyarakat.
Pengantin laki-laki membayangkan aktivitas merobek sel aputdara sebagai pekerjaan yang berat dan sukar, sehingga ketika ia menemui pasangan barunya, ia membayangkan bahwa ia butuh tenaga ekstra untuk menembus selaput dara pasangannya.
Sementara banyak remaja putri yang digerogoti rasa takut dan cemas pada malam pertama pernikahan, lantaran banyaknya cerita dan dongeng yang didengar dan yang berkembang di sekitarnya tentang rasa perih akibat robeknya selaput dara.
Kami tegaskan, rasa perih yang timbul akibat sobeknya selaput dara sangatlah ringan, dan akan segera hilang manakala keduanya telah sampai pada org*sme, jika si suami mahir dalam melakukan hubungan intim dengan pasangan barunya.
Telah tersebar di kalangan masyarakat juga, bahwa remaja putri akan mengalami pendarahan hebat akibat sobekan selaput dara. Tetapi, kasus ini sangat-sangat jarang terjadi. Kalaupun terjadi, itu disebabkan buruknya cara merobek selaput dara, sehingga organ-organ lain di sekitar selaput dara juga ikut kena imbas.
Kewajiban moral pengantin laki-laki di malam pertama
Benar, pengantin laki-laki tidak akan menemukan kesulitan pada malam pertamanya untuk meroek selaput dara pasangannya. Hanya saja, ketika melakukan hubungan intim, ia harus pandai mengemas suasana nan penuh kasih. Gadis pasangan barunya ini, ia meninggalkan rumah orangtuanya kemudian kini menemukan dirinya telah bersamanya dialam yang baru. Seyogyanya ia harus memperlihatkan kepada istrinya rasa kasih, cinta, dan kelembutannya, bukan menganggapnya bak binatang buruan yang mesti diterjang dan diterkam. Bahkan pada malam ini ia harus memposisikannya sebagai wanita yang sedang dikhitbah, bukan sebagai wanita lain yang tidak ada ikatan dengannya atau sebagai istri.
Malam ini bukan malam bersenang-senang, tapi merupakan malam kasih, malam bercinta tanpa senggama. Malam ini memiliki arti psikolog yang penting yang lebih dari kenikmatan fisik. Maka, hendaklah malam ini dijadikan sebagai malam kasih sayang, malam cinta, dan bukan malam perang dan berburu. Janganlah sang suami hanya mencari kenikmatan semata pada malam ini, hendaknya ia memberi perhatian pada istrinya, tidak melukai perasaannya dengan sikap tergesa-gesa dan tidak sabarnya. Perlahan dan pelan ia akan segera meraih semua impiannya. Dalam suasana lampu yang temaram, setelah membiarkan istrinya tampil tanpa busana, janganlah dia mendatanginya kecuali ia telah berbaring di ranjang. Sebagaimana ia pun juga mesti melepas busananya, entah di kamar sebelah atau di balik penutup, dan jangan mengejutkannya dengan penampilan b*gil, karena yang demikian itu akan membentuk image yang menjijikkan pada hari pertama.
Demi menguatkan rasa percaya diri dan mental seorang istri, serta memotifasinya untuk terlepas dari rasa takut, proses perobekan selaput dara harus dilakukan dengan santai tanpa adanya pemaksaan.
Urgensi cumbu-rayu dan foreplay (pemanasan) sebelum pen*trasi
Sebelum melakukan pen*trasi, terlebih dahulu suami mesti mencumbu dan merayu pasangan barunya dengan penuh perasaan. Memperbanyak n*cking, p*tting, ciuman, dan pelukan. Memberikan istrinya bisikan lembut, sentuhan, dan kata-kata romantis supaya pasangannya terangs*ng dan sebagian kelenjarnya bekerja membasahi v*gina dengan cairan v*gina sebagai reaksi dan rangs*ngan pasangannya. Cairan ini bekerja membantu memudahkan proses pen*trasi.
Setelah mer*ngsang pasangan dengan perlahan dan hati-hati, suami mengarahkan kepala p*nisnya di antara labia minora kurang lebih ke arah selaput dara. Dalam beberapa hitungan menit saja, dan tidak perlu menunggu waktu lama, pen*trasi menjadi bisa dan mudah dilakukan. Disertai dengan sentuhan ringan pada beberapa organ sensitif istri, pen*trasi akan berhasil dilakukan, di mana beberapa tetes darah akan segera jatuh disertai sedikit rasa perih yang tidak seberapa. Rasa perih ini akan sirna bersamaan dengan diraihnya kenikmatan s*ksual.
Yang kita inginkan dan semua itu adalah, agar proses perobekan selaput dara berlangsung dalam suasana penuh kasih dan cinta, serta penuh kedamaian, bukan dilakukan dengan beringas dan galak. Sangat tidak elok bila kehidupan bersuami-istri diawali dengan suasana yang lebih dekat kepada pemerk*saan.
Di zaman sekarang, sebagian suami-istri sengaja tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu pada malam pertama atau malam kedua sampai rasa takut dan rasa khawatir yang dilahirkan suasana ini hilang. Terlebih bila kedua pasangan belum ada pengetahuan sama sekali.
Di sini kami nasihatkan kepada para suami yang gagal merobek selaput dara pada malam pertama agar menundanya sampai esok pagi.
Luka akibat aktivitas merobek selaput
Umumnya akan terjadi sobekan biasa pada selaput, akan tetapi menyisakan sedikit rasa perih. Butuh “libur” dua sampai tiga hari untuk memulihkannya. Pada kondisi ini, kami sarankan untuk meninggalkan hubungan intim selama dua hari berikutnya pasca perobekan selaput.
Pengantin laki-laki membayangkan aktivitas merobek sel aputdara sebagai pekerjaan yang berat dan sukar, sehingga ketika ia menemui pasangan barunya, ia membayangkan bahwa ia butuh tenaga ekstra untuk menembus selaput dara pasangannya.
Sementara banyak remaja putri yang digerogoti rasa takut dan cemas pada malam pertama pernikahan, lantaran banyaknya cerita dan dongeng yang didengar dan yang berkembang di sekitarnya tentang rasa perih akibat robeknya selaput dara.
Kami tegaskan, rasa perih yang timbul akibat sobeknya selaput dara sangatlah ringan, dan akan segera hilang manakala keduanya telah sampai pada org*sme, jika si suami mahir dalam melakukan hubungan intim dengan pasangan barunya.
Telah tersebar di kalangan masyarakat juga, bahwa remaja putri akan mengalami pendarahan hebat akibat sobekan selaput dara. Tetapi, kasus ini sangat-sangat jarang terjadi. Kalaupun terjadi, itu disebabkan buruknya cara merobek selaput dara, sehingga organ-organ lain di sekitar selaput dara juga ikut kena imbas.
Kewajiban moral pengantin laki-laki di malam pertama
Benar, pengantin laki-laki tidak akan menemukan kesulitan pada malam pertamanya untuk meroek selaput dara pasangannya. Hanya saja, ketika melakukan hubungan intim, ia harus pandai mengemas suasana nan penuh kasih. Gadis pasangan barunya ini, ia meninggalkan rumah orangtuanya kemudian kini menemukan dirinya telah bersamanya dialam yang baru. Seyogyanya ia harus memperlihatkan kepada istrinya rasa kasih, cinta, dan kelembutannya, bukan menganggapnya bak binatang buruan yang mesti diterjang dan diterkam. Bahkan pada malam ini ia harus memposisikannya sebagai wanita yang sedang dikhitbah, bukan sebagai wanita lain yang tidak ada ikatan dengannya atau sebagai istri.
Malam ini bukan malam bersenang-senang, tapi merupakan malam kasih, malam bercinta tanpa senggama. Malam ini memiliki arti psikolog yang penting yang lebih dari kenikmatan fisik. Maka, hendaklah malam ini dijadikan sebagai malam kasih sayang, malam cinta, dan bukan malam perang dan berburu. Janganlah sang suami hanya mencari kenikmatan semata pada malam ini, hendaknya ia memberi perhatian pada istrinya, tidak melukai perasaannya dengan sikap tergesa-gesa dan tidak sabarnya. Perlahan dan pelan ia akan segera meraih semua impiannya. Dalam suasana lampu yang temaram, setelah membiarkan istrinya tampil tanpa busana, janganlah dia mendatanginya kecuali ia telah berbaring di ranjang. Sebagaimana ia pun juga mesti melepas busananya, entah di kamar sebelah atau di balik penutup, dan jangan mengejutkannya dengan penampilan b*gil, karena yang demikian itu akan membentuk image yang menjijikkan pada hari pertama.
Demi menguatkan rasa percaya diri dan mental seorang istri, serta memotifasinya untuk terlepas dari rasa takut, proses perobekan selaput dara harus dilakukan dengan santai tanpa adanya pemaksaan.
Urgensi cumbu-rayu dan foreplay (pemanasan) sebelum pen*trasi
Sebelum melakukan pen*trasi, terlebih dahulu suami mesti mencumbu dan merayu pasangan barunya dengan penuh perasaan. Memperbanyak n*cking, p*tting, ciuman, dan pelukan. Memberikan istrinya bisikan lembut, sentuhan, dan kata-kata romantis supaya pasangannya terangs*ng dan sebagian kelenjarnya bekerja membasahi v*gina dengan cairan v*gina sebagai reaksi dan rangs*ngan pasangannya. Cairan ini bekerja membantu memudahkan proses pen*trasi.
Setelah mer*ngsang pasangan dengan perlahan dan hati-hati, suami mengarahkan kepala p*nisnya di antara labia minora kurang lebih ke arah selaput dara. Dalam beberapa hitungan menit saja, dan tidak perlu menunggu waktu lama, pen*trasi menjadi bisa dan mudah dilakukan. Disertai dengan sentuhan ringan pada beberapa organ sensitif istri, pen*trasi akan berhasil dilakukan, di mana beberapa tetes darah akan segera jatuh disertai sedikit rasa perih yang tidak seberapa. Rasa perih ini akan sirna bersamaan dengan diraihnya kenikmatan s*ksual.
Yang kita inginkan dan semua itu adalah, agar proses perobekan selaput dara berlangsung dalam suasana penuh kasih dan cinta, serta penuh kedamaian, bukan dilakukan dengan beringas dan galak. Sangat tidak elok bila kehidupan bersuami-istri diawali dengan suasana yang lebih dekat kepada pemerk*saan.
Di zaman sekarang, sebagian suami-istri sengaja tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu pada malam pertama atau malam kedua sampai rasa takut dan rasa khawatir yang dilahirkan suasana ini hilang. Terlebih bila kedua pasangan belum ada pengetahuan sama sekali.
Di sini kami nasihatkan kepada para suami yang gagal merobek selaput dara pada malam pertama agar menundanya sampai esok pagi.
Luka akibat aktivitas merobek selaput
Umumnya akan terjadi sobekan biasa pada selaput, akan tetapi menyisakan sedikit rasa perih. Butuh “libur” dua sampai tiga hari untuk memulihkannya. Pada kondisi ini, kami sarankan untuk meninggalkan hubungan intim selama dua hari berikutnya pasca perobekan selaput.
0 comments:
Post a Comment